Rabu, 17 Mei 2017
Tips Memilih Warna yang Pas untuk Identitas Produk
Beberapa waktu yang lalu ada diskusi menaik di salah satu group WA mengenai bagaimana memilih warna untuk identitas suatu produk. Ada yang mengatakan bahwa untuk produk makanan baiknya menggunakan warna merah. Kenapa harus merah? ya karena warna merah dapat meningkatkan gairah untuk makan. Jadi kalau untuk produk makanan maka pasnya ya merah, harapannya dengan warna tersebut konsumen dapat mengkonsumsi lebih banyak lagi.
Yups, betul sekali dengan apa yang salah satu anggota group ungkapkan. Warna merah memang dapat meningkatkan gairah makan pada seseorang, tak heran banyak rumah makan yang memakainya. Apa lagi rumah makan tesebut mengangkat tema pedas atau cabe, komponen warna merah seakan menjadi wajib ada. Petanyaan selanjutnya adalah bisakah semua makanan memakai inisiasi warna merah? Untuk kasus rumah makan baik cepat saji maupun tidak saya sangat mengamininya, namun belum untuk produk makanan olahan.
Ada penyataan yang mengatakan bahwa 70% pembelian dipengaruhi oleh warna dan 70% seseorang memutuskan membeli suatu poduk ada pada jarak satu meter. Mengilhami pernyataan tersebut artinya sebuah produk mau tidak mau harus berpenampilan menggoda untuk dapat menarik perhatian, dan warna dapat menjadi pintu masuk guna menarik perhatian dari calon pembeli.
Menguatkan pernyataan tentang warna, ada penyataan lain yang mengatakan bahwa warna dapat membantu sebuah brand terasosiasi dengan baik oleh konsumen. Bahkan prosentasenya sampai 80%. Artinya untuk dapat terasosiasi dengan baik oleh konsumen, brand harus mampu menampilkan komponen warnanya dengan baik. Sederhananya ketika kita melihat warna merah, asosiasi kita sudah langsung menunjuk pada McDonald’s misalnya.
Warna memang tidak bisa dipisahkan dalam komponen identitas sebuah produk. Bahkan, warna menjadi komponen yang sangat penting dalam proses membangun brand. Pertanyaanya adalah bagaimana pakem yang dapat dijadikan acuan dalam memilih warna untuk sebuah produk?
Jawabanya adalah, meminjam salah satu prinsip bisnis dari coah Cahyadi JS., tidak ada yang baku dalam bisnis, pun sama halnya dalam menentukan dominasi warna untuk sebuah poduk. Namun beberapa pendapat mengungkapkan salah satu ujukan yang bisa dijadikan pedoman pemilihan warna adalah dari sifat warna itu sendiri, misal merah itu berani, pedas, lapar. Kuning itu ceria, fun, lucu. Biru itu segar, dll. Lain kali insya allah akan dibahas tersendiri soal sifat dasar dari warna.
Pertimbangan kedua yang bisa dijadikan rujukan adalah dari sifat dasar dari produk. Pada kasus makanan olahan misalnya, bisa memakai warna asal bahan bakunya. Misal olahan dari kacang hijau bisa memakai warna hijau. Atau olahan makan kripik singkong dengan rasa yang pedas, maka bisa mengambil inisiasi warna merah. Atau olahan bebahan coklat bisa mengambil warna coklat itu sendiri untuk inisiasi warnyanya.
Inisiasi warna pada poduk juga bisa dimunculkan dari karakter bisnis yang ingin dikembangkan. Semisal pakaian wanita yang cendeung penuh dengan kefeminiman, maka warna-warna merah muda atau ungu bisa menjadi tema besarnya. Apple yang kuat akan inovasi teknologinya yang selalu berusaha menghadirkan produk-produk canggih dan mewah lebih memilih warna abu-abu untuk inisiasi produknya. Dan sempurnanya aplle yang ‘kroak’ ini adalah warna abu-abu yang memang mencerminkan kesan kecanggihan.
Di benak saya cukup kuat inisiasi warna hijau pupus dengan brand salah satu rumah makan yang cukup dikenal oleh masyarakat Jogja dan sekitarnya, Sop Ayam Pak Min. Ya rupanya salah satu rumah makan ini upanya cendeung mengambil warnya hijau pupus dibandingkan dengan merah. Dan parahnya warna hijua pupus ini seakan menjadi brandmark dari Sop Ayam Pak Min. Saking kuatnya, banyak orang yang juga mengaplikasikannya di usaha sop ayam yang bukan pak min. Bahkan tak jarang orang ‘kecelik’, terlihat dari kejauhan sudah hijau pupus, pas masuk ke warungnya eh ternyata bukan Sop Ayam Pak Min, melainkan Sop Ayam Pak MAN. 😀
Cleo-Air-Minum-500mlBila kita disuguhkan air minum setelah beraktifitas di tengah terik matahari, apa yang akan kita asosiasikan pertama kali terhadap minuman tersebut? Segar. Ya, asosiasi air minum adalah segar, sehingga perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) yang menginisiasi kesegaran dalam kemasana bertema biru. Hampir semua AMDK menggunakan warna biru. Namun apa yang terjadi setelah Cleo muncul?
Beberapa tahun yang lalu, saat pertama kali Cleo muncul banyak yang mencibir aneh, jualan air minum kok dikemas dalam botol orange, gak nyambung. Kegaknyambungan Cleo rupanya harus dibayar mahal bebepa oleh AMDK yang sudah berdiri kokoh sebelumnya. Konon katanya, meski tidak sampai menggeser kedigjayaan Aqua, namun Cleo mampu merebut sebagian besar pangsa pasarnya. Cleo mampu menjadi nomor dua di bawah Aqua untuk urusan AMDK pada saat itu.
Apa yang sebenarnya dilakukan Cleo dengan orangenya? Di saat yang lain hadir dengan birunya, si Orange Cleo muncul sebagai pembeda. Jika ada jejeran AMDK dalam satu rak pajang yang rata-rata cenderung kebiruan, maka orange akan cenderung lebih menarik di badingkan biru yang mengelilinginya. Dan di situlah cerdiknya Cleo menarik calon konsumen untuk membelinya.
Dari kasus Sop Ayam Pak Min serta Cleo sebenarnya kita bisa belajar akan penggunaan warna pada sebuah produk. Tidak serta merta penggunaan warna harus ‘sakklek’ berdasar karakter dasar si warna. Beberapa pakem yang sudah dibahas di atas dan pertimbangan praktis dalam memperebutkan pasar juga perlu digunakan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar